Konsep revolusi industri 4.0 merupakan konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh ekonom asal Jerman, Profesor Klaus Schwab. Dalam bukunya yang bertajuk “The Fourth Industrial Revolution”, menyatakan bahwa revolusi industri 4.0 secara fundamental dapat mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berhubungan satu dengan yang lain. Tahun 2018 disebut sebagai awal zaman revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan sistem cyber-physical. Kini berbagai industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin, dan data yang lebih dikenal dengan nama Internet of Things (IoT).(Stevani Halim, 2018).
Untuk menghadapi revolusi industri 4.0, diperlukan berbagai persiapan, termasuk metode pembelajaran pendidikan yang tepat.Banyak hal yang harus diubah oleh negara yang ingin maju. Hal ini juga berlaku bagi Indonesia, terlebih saat ini Indonesia tengah menghadapi era revolusi industri 4.0 dengan tingkat persaingan yang semakin ketat. Dari sejumlah perubahan yang harus dilakukan, perbaikan SDM adalah salah satu hal yang harus sangat diperhatikan. Perbaikan tersebut dapat terlaksana salah satunya dengan cara mengubah metode pembelajaran dalam dunia pendidikan yang ada.
Setidaknya ada tiga hal yang perlu diubah Indonesia dari sisi pendidikan. Pertama dan yang paling fundamental adalah mengubah sifat dan pola pikir anak muda Indonesia saat ini. Kedua, pentingnya peran sekolah dalam mengasah dan mengembangkan bakat generasi penerus bangsa. Ketiga adalah pengembangan kemampuan institusi pendidikan tinggi untuk mengubah model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan zaman.
Pemerintah tentu saja memiliki peran yang sangat penting dalam perubahan metode pembelajaran pendidikan yang ada di Indonesia. Fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak merupakan hal yang penting untuk disediakan oleh pemerintah. Salah satu caranya adalah dengan menyediakan teknologi yang mumpuni. Dengan menyediakan berbagai fasilitas yang sesuai kebutuhan dan tuntutan zaman, diharapkan anak-anak muda Indonesia dapat mengantongi bekal yang cukup dalam menghadapi berbagai tantangan di era revolusi industri 4.0 ini. Mengingat kondisi teknologi yang selalu berubah, diperlukan kemampuan adaptasi yang tinggi agar tidak ketinggalan zaman. Anak-anak muda Indonesia juga diharapkan mampu bersaing dan memiliki nilai-nilainya sendiri.
Untuk menghadapi era revolusi industri 4.0, diperlukan pendidikan yang dapat membentuk generasi kreatif, inovatif, serta kompetitif. Hal tersebut salah satunya dapat dicapai dengan cara mengoptimalisasi penggunaan teknologi sebagai alat bantu pendidikan yang diharapkan mampu menghasilkan output yang dapat mengikuti atau mengubah zaman menjadi lebih baik.
Sudah saatnya kita meninggalkan proses pembelajaran yang cenderung mengutamakan hafalan atau sekadar menemukan satu jawaban benar dari soal. Metode pembelajaran pendidikan Indonesia harus mulai beralih menjadi proses-proses pemikiran yang visioner, termasuk mengasah kemampuan cara berpikir kreatif dan inovatif. Hal ini diperlukan untuk menghadapi berbagai perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Menurut Muhadjir Effendy (Mendikbud) bidang pendidikan perlu merevisi kurikulum dengan menambahkan lima kompetensi dalam memasuki era revolusi industri 4.0, yakni diharapkan peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis, memiliki kreativitas dan memiliki kemampuan yang inovatif, perlu adanya kemampuan dan keterampilan berkomunikasi yang dimiliki peserta didik, bekerjasama dan berkolaborasi, serta memiliki kepercayaan diri. (Inan Kito, 2019)
Untuk menghadapi perkembangan zaman pada era revolusi 4.0, para pelaku pendidikan harus sigap dalam menyesuaikan diri dengan berbagai perkembangan yang ada. Diperlukan reformasi sekolah, peningkatan kapasitas, profesionalisme guru, kurikulum yang dinamis, sarana dan prasarana andal, dan teknologi pembelajaran yang mutakhir untuk siap menghadapi era revolusi 4.0.
Di SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta sudah mulai dibiasakan kepada peserta didik untuk mengenal soal dengan tipe HOTS (Higher Order Thinking Skills) dengan tujuan mereka akan terbiasa melakukan penalaran tingkat tinggi sehingga tidak terpaku hanya pada satu pola jawaban yang dihasilkan dari proses menghafal, tanpa mengetahui konsep ilmunya. Proses pembelajaran di kelas juga dibiasakan dengan memanfaatkan multimedia. Tidak hanya Ujian Nasional saja, beberapa mata pelajaran sudah menggunakan komputer untuk ulangan harian dan ke depan diharapkan semua guru melaksanakannya. Peserta didik juga dibiasakan untuk mengemukakan pendapat terkait dengan yang mereka alami, memberi masukan kepada sekolah, berkompetisi baik tingkat internal sekolah maupun eksternal yang akan membantu menumbuhkan kepercayaan diri mereka. Selain itu tak lupa juga bimbingan moral, pendidikan karakter serta penanaman pembiasaan yang baik senantiasa ditanamkan oleh bapak-ibu guru.
Ada sedikit catatan tentang beberapa peserta didik khususnya kelas IX di mata pelajaran Matematika. Pada waktu simulasi pertama UNBK ternyata nilanya tidak seperti yang diharapkan, dan ada juga pada waktu Latihan Ujian Nasional Kota Surakarta, pada waktu bertemu dengan penulis minta maaf karena merasa salahnyabanyak. Waktu itu penulis hanya menyarankan supaya peserta didik tersebut sering berlatih soal yang tidak langsung satu langkah penyelesaian. Dan Alhamdulillah pada waktu UNBK hansilnya memuaskan.
Semoga dengan apa yang dilakukan di SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta bisa menjadikan mereka generasi harapan bangsa, generasi penerus bangsa Indonesia.
Oleh: Upik mairina, S.Pd.
(Waka Kurikulum SMP Muhammadiyah PK Kottabarat Surakarta)
COMMENTS