Live Streaming PKTenable.com Radio

Sikap Seorang Muslim di Sosial Media

Sikap Seorang Muslim di Sosial Media

Tiga Siswa SMP Muhammadiyah PK Solo Juara Pencak Silat
SMP Muhammadiyah PK Kottabarat Surakarta Nomor Satu di Kota Solo
Adyazka, Siswa SMP Muhammadiyah PK Juara Pencak Silat Nasional

            Sosial media menjadi bagian tak terpisahkan generasi Z. Sosial media bisa memberikan berbagai dampak positif seperti menambah referensi kompetisi yang bisa menunjang aktualisasi diri, mendapatkan berbagai tips, hingga menambah jejaring pertemanan yang lebih luas. Berita-berita up date juga bisa dengan mudah didapatkan dari sosial media.

            Sayangnya apa yang dinampakan di sosmed sering kali tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Sebatas tangkapan kamera bisa direkayasa sedemikian rupa dengan teknologi. Gen Z terjebak dalam kehidupan palsu demi eksistensi diri. Padahal mereka tidak menyadari bahwa mereka telah menipu diri mereka sendiri. Maka dari itu bagaimana semestinya sikap seorang muslim di sosial media?

            Hai Sobat PKTeenable, kali ini kita kembali dengan salah satu guru PAI di sekolah kebanggaan kita, aRubi’atun Nurush Sholihati. Guru yang biasa dipanggil dengan sebutan Ustadzah Yuyus mengayakan bahwa kita tentu telah diajarkan untuk selalu menjaga adab dan sikap dimanapun kita berada termasuk di sosial media. “Media sosial adalah sarana berinteraksi dan bersosialisasi di dunia maya. Maka layaknya kita berinteraksi dan bersosialisasi di dunia nyata, ketika kita menggunakan media sosial maka mengedepankan adab dan akhlak yang baik.” Ucap Ustadzah Yuyus.

            Adapun batasan menjaga citra di sosial media, dengan menyampaikan hal-hal yang positif dan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri ataupun orang lain. Orang lain akan melihat siapa kita dari apa yang kita tulis atau share di media sosial.

            Kita sebagai manusia tidaklah sempurna. Setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Akan tetapi setiap manusia punya keinginann untuk menjadi lebih baik, bahkan orang yang tidak baik saja tidak suka dengan orang yang tidak baik.

            “Maka ketika bermedia sosial berikan yang baik-baik, segala yang keluar dari mulut atau perilaku itu mencerminkan hati. Harapannya apa yang ditampakkan di media sosial adalah yang sesuai dengan dirinya. Dan sebaiknya juga apa yang ditampakkan di media sosial adalah apa adanya atau sesuatu yang diharapkan,” tambah Ustadzah Yuyus.

            Internet sudah berkembang pesat yang dimana kita dapat berinteraksi dengan orang yang jaraknya jauh dengan kita walaupun tidak secara langsung. Namun kita tidak bisa tahu pasti seperti apa orang tersebut. Bisa saja mereka berbeda saat di dunia nyata dan di media sosial. “Ketika kita menemukan orang yang seperti itu, maka sikap kita adalah mentabayunkan dulu. Ditanyakan apa maksud dan tujuan yang dishare di media sosial. Jika memang harus ditegur, maka menegurnya dengan cara yang baik,” ujar Ustadzah Yuyus.

            Sosial media memiliki banyak manfaat namun juga ada dampak yang didapat dari bersosial media. Ada beberapa cara memanajemen diri dari media sosial supaya tidak terlarut paya tidak terlarut. Beberapa cara tersebut adalah mengikuti media sosial yang berkonten positif, membatasi waktu dalam bermedia sosial, jika ingin share atau komentar ke media sosial maka cek dan dipikir ulang apakah yang akan dishare akan bermanfaat atau tidak, tetap harus bersosialisasi di dunia nyata dengan berinteraksi dengan anggota keluarga, tetangga, teman, saudara.

            Kita sebagai manusia dikenal sebagai makhluk sosial yang menginginkan perhatian dan tidak ingin ketinggalan atau FOMO (Fear of missing out). “Boleh saja, sebagai pelajar muslim mengikuti trend-trend yang ada di media sosial. Tetapi harus dipilah, mana yang baik dan bermanfaat, mana yang tidak perlu, tidak patut, tidak bermanfaat. Supaya tidak menjadi pengikut trend yang sia-sia. Trend yang baik bisa menjadi sarana amar ma’ruf nahi mungkar.” Jelas Ustadzah Yuyus.

            Ustadzah Yuyus menyarankan agar menggunakan media sosial untuk hal-hal yang positif, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Kita sebagai warga NKRI patut mematui aturan bermedia sosial seperti  undang-undang ITE. Selalu bersyukur bahwa apa yang kita miliki sampai sekarang ini tidak terkecuali gadget kita ini adalah rejeki yang Allah berikan kepada kita, maka harus digunakan untuk hal-hal yang baik.

             “Mari kita gunakan media sosial kita untuk hal-hal yang bermanfaat. Baik kita mengikuti info yang kita ikuti, kita akses maupun berbagi untuk hal-hal yang bermanfaat sehingga insyaallah apa yang kita terima dan berikan adalah hal-hal yang bisa membawa ke dalam kebaikan. Salam literasi kebaikan,” ujar Ustadzah Yuyus.

COMMENTS