Era milenial ditandai dengan mulai berkembangnya industri teknologi, dari munculnya produk–produk telepon seluler hingga internet nirkabel, memang terbukti telah membawa banyak perubahan dari segala sisi kehidupan manusia. Kemampuan internet ini, kemudian, mengubah segala bentuk teknologi yang sebelumnya analog atau manual menjadi teknologi digital yang serba otomatis.
Akibat perubahan era analog ke digital yang cepat, membutuhkan upaya penyesuaian yang menyeluruh terutama dalam sistem pendidikan mengingat Indonesia saat ini mempunyai penduduk dengan usia produktif yang sangat tinggi. Bahkan, diperkirakan usia Generasi Milenial (usia 15 – 35 tahun) yang lahir diera 90–an, saat ini jumlahnya mencapai sekitar 52%.
Tingginya angka angkatan muda ini akan berkaitan dengan ketersediaan lapangan kerja yang sesuai, tak hanya dengan keahlian mereka tetapi juga dengan kebutuhan perusahaan yang ada. Menurut National Science Foundation menunjukkan bahwa di masa depan, 80% pekerjaan mengharuskan para pekerjanya menguasai keterampilan di bidang sains, teknologi, teknik dan matematika. Penerapan sains sangat banyak ditemukan dalam produk-produk teknologi. Bisa jadi sebaliknya, sains ditemukan dari munculnya produk-produk teknologi.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran sains dalam konteks teknologi dan rancang bangun sangat potensial meningkatkan literasi sains. Siswa dapat memaknai lebih dalam arti penting sains bagi perkembangan teknologi, dan sebaliknya. Salah satunya dengan menggunakan pembelajaran STEM (Sience, technology, engineering and mathematics).
STEM education saat ini menjadi alternatif pembelajaran sains yang dapat membangun generasi yang lebih unggul, kreatif dan adaptif sehingga mampu menghadapi persaingan di abad XXI yang penuh tantangan.
Karakteristik pembelajaran berbasis STEM menekankan pada Cross Cutting Concept (CCC), hal ini yang membedakannya dari pembelajaran dan penilaian konvensional, diperkirakan telah menjawab kegalauan para pendidik akan pesatnya pertambahan konten sains yang tidak memungkinkan peserta didik menguasainya. Penekanan CCC pada engineering design diharapkan dapat membekali peserta didik dengan kemampuan entrepreneurship dalam bidang yang diminatinya selain life long learning (Rustaman, 2016).
Menurut penulis, Kurikulum 2013 yang diterapkan belum serta merta dapat mengatasi permasalahan kualitas dan kuantitas SDM Indonesia yang berdaya saing global, jika tidak secara sistematik mereka disiapkan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipersyaratkan dunia kerja abad ke-21, sebagaimana diwujudkan dalam Pendidikan STEM. Untuk mengatasi hal tersebut Pendidikan dengan pendekatan STEM dapat menjadi kunci guna menciptakan generasi penerus bangsa yang mampu bersaing di kancah global. Oleh sebab itu, pendidikan STEM perlu menjadi kerangka rujukan bagi proses pendidikan di Indonesia ke depan. Sebagaimana ditemukan dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013 Jenjang Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Kemdikbud, 2013), bahwa kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kecakapan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Pendidikan sains berbasis STEM menuntut pergeseran proses pembelajaran dari konvensional yang berpusat pada pendidik (teacher centered) yang mengandalkan transfer pengetahuan ke arah pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered) yang mengandalkan keaktifan, hands-on, dan kolaborasi peserta didik. Pembelajaran sains berbasis STEM perlu dilaksanakan dalam unit-unit pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), yang di dalamnya peserta didik ditantang secara kritis, kreatif, dan inovatif untuk memecahkan masalah nyata, serta melibatkan kegiatan kelompok (tim) secara kolaboratif. Pembelajaran sains berbasis STEM dalam kelas didesain untuk memberi peluang bagi peserta didik mengaplikasikan pengetahuan akademik dalam dunia nyata. Salah satu contohnya adalah pembuatan Ecobriks di SMP Muhammadiyah Program Khusus pada saat MPLS Juli 2018 dimana siswa didorong untuk sadar terhadap kelestarian lingkungan sekaligus juga diajak berfikir kreatif dengan menggunakan limbah sampah plastik yang dimasukkan ke dalam botol air mineral untuk menghasilkan produk tertentu misal kursi. Jika ecobriks ini dikelola dengan lebih baik dan profesional, tidak menutup kemungkinan dapat membuka peluang usaha sekaligus sebagai wahana bagi pengembangan enterpreunership di SMP Muhammadiyah Program Khusus Surakarta.
Sesuai dengan karakteristik implementasi pendidikan STEM, penilaian hasil belajar dalam konteks pembelajaran sains berbasis STEM perlu lebih menitikberatkan asesmen otentik, khususnya asesmen kinerja (performance assessment). Pembelajaran sains berbasis pendidikan STEM menuntut pergeseran metode penilaian, dari penilaian konvensional yang bertumpu pada ujian dengan tes ke arah penilaian otentik yang bertumpu pada penilaian kinerja selama proses pembelajaran, bukan hanya pada akhir pembelajaran. Penilaian kinerja dengan menggunakan rubrik yang terancang baik perlu dilakukan pendidik, teman, dan peserta didik sendiri terhadap kinerja peserta didik selama aktivitas belajar serta produk hasil kerja kolaboratif untuk mengungkap ketercapaian standar hasil pembelajaran. Misal
Science : pembelajaran fisika pada penerapan hukum kekekalan momentum yaitu prinsip kerja roket. Tecnology : pemanfaatan TIK dengan fitur sumber belajar, editing video sederhana dengan power point. Engineering : tentang pembuatan roket air. Mathematics: siswa dituntut untuk memecahkan masalah dalam penentuan besaran fisis terkait tekanan, sudut, volume air, gerak roket dengan persamaan matematika.
Menurut pendapat penulis Gerakan reformasi pendidikan melalui pendekatan STEM merupakan salah satu alternatif terbaik dari beragam alternatif yang mungkin telah diajukan atau dipertimbangkan. Pendekatan pendidikan STEM dalam pendidikan, khususnya dalam pendidikan Sains dan Matematika memungkinkan peserta didik yang tidak memiliki ketertarikan dalam bidang ilmu dasar dapat mengambil manfaat dari pengalaman belajarnya dengan memilih pekerjaan atau karir yang diprediksi akan berkembang dalam beberapa tahun kedepan. Bidang pendidikan yang harus dikuasai oleh generasi milenial adalah bidang sains (pemrograman), matematika dan bahasa inggris hal ini terkait dengan perkembangan dari industri digital.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa implementasikan pendidikan STEM dikalangan generasi milenial dapat dilaksanakan. Namun perlu mengingat beberapa hal, diantaranya: konsep dan tujuan pendidikan STEM, pola integrasi STEM, kesejalanan pendidikan STEM dengan Kurikulum 2013.
Integrasi pendidikan STEM dalam Fisika atau Sains dapat dilakukan melalui pembiasaan bertahap terkait pembelajarannya, mulai dari penekanan pada pembiasaan bertanya, melalui model latihan inkuiri, scientific inquiry dengan scientific processesnya hingga penerapan literasi sains, literasi teknologi dan rekayasa, literasi pendidikan STEM melalui pemberdayaan DDO, cross cutting concepts hingga kecerdasan majemuk, soft-skills dan engineering practice design, baik berbantuan IT atau ICT, maupun enterpreuneurship.
Dan akhirnya sudah saatnya riset – riset siswa diarahkan untuk berkontribusi pada pengembangan pendidikan STEM. Hal tersebut terjadi melalui pengembangan unit-unit pembelajaran beserta alat dan bahan pembelajaran, yang terbukti keefektifannya melalui riset ilmiah berbasis kelas.
COMMENTS