RESENSI FILM
Bulan Terbelah Di Langit Amerika 2: Penyejuk Saat Isu SARA Memanas
Pemain : Abimana Aryasatya, Acha Septriasa, Nino Fernandez, Hannah Al Rashid, Rianti Cartwright, Ira Wibowo, Hailey Franco
Produser : Ody Mulya Hidayat
Sutradara : Rizal Mantovani
Penulis : Hanum Rais, Rangga Almahendra, Alim Sudio, Baskoro Adi
Produksi : Max Pictures
Durasi : 100 menit
“Kita hidup dalam keberagaman. Pada saat bersamaan, kita bisa membentuk kesatuan. Itulah yang diajarkan Islam kepada kami,” ujar Sarah Collins (Hailey) di atas panggung, di hadapan ibunya, Azima (Rianti) dan neneknya, Hyacinth (Ira).
Semua orang tertegun mendengar kesaksian anak yatim yang keberadaannya tidak diakui oleh neneknya itu. Bulan Terbelah 2 melanjutkan perjalanan Hanum (Acha) dan suaminya, Rangga (Abimana) di New York serta San Fransisco. Hanum ditugasi atasannya untuk mengonfirmasi asumsi yang menyebut, jauh sebelum Christopher Columbus menemukan Amerika, para pelayan Tiongkok muslim telah mendarat di sana. Dalam pencarian itu, konflik orang-orang di sekitar Hanum meruncing.
Ayah Azima mangkat. Hyacinth menuding tragedi itu disebabkan keputusan Azima menjadi mualaf. Azima dipandang sebagai sumber duka. Di sisi lain, hubungan dua sahabat Hanum, Jasmine (Hannah) dan Stefan (Nino) kian tak menentu. Jasmine hamil. Stefan belum siap menikah. Stefan sejak lama tidak percaya pada cinta dan konsep keluarga.
Hanum bukan lagi satu-satunya daya tarik di film ini. Ada dua konflik sampingan yang sama menariknya dengan kadar kepekatan berbeda. Dengan tiga daya tarik ini, sutradara harus bekerja keras agar ketiganya bergulir tanpa menggilas satu sama lain.
Rizal membelah cerita menjadi tiga sama besar dengan fungsi berbeda. Jasmine memberikan nuansa romansa agar elemen “khotbah” menjadi lebih tipis sekaligus lembut. Drama Azima corong yang menyuarakan kasih dalam perbedaan dengan nyaring. Lalu, Hanum sebagai poros cerita menyatukan keduanya.
Efek sampingnya, kisah Hanum (khususnya tokoh Rangga) kurang bergerak leluasa. Impact yang dihadirkan dua tokoh ini terasa kurang dalam. Meski demikian, jika dibandingkan dengan jilid pertama, sekuel ini lebih baik. Penceritaannya mengalir lancar. Elemen dakwahnya lebih jernih. Ia memperkenalkan keyakinan tanpa menceramahi. Penyuntingan gambarnya lebih rapi. Lagu tema film menyusup tanpa mengacak-acak suasana cerita yang telah susah payah dibangun Rizal.
Bulan jilid 2 hadir sebagai penyejuk di saat isu SARA mengemuka di negeri kita. Ia memperlihatkan sisi lain Islam yang toleran. Penuh cinta. Sisi lain? Tidak juga. Karena di berbagai sisi, Islam sejatinya selalu menghargai perbedaan.
Sumber:
COMMENTS