Surakarta, Pkteenable.com Reifan Al-Fattii Cahyadewa, siswa kelas 7 SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta mampu menyabet juara 3 Male Qiang Shu Junior C pada Kejuaraan Wushu tingkat Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan tersebut digelar oleh Persatuan Masyarakat Surakarta (PMS) di Gedung Gadjah PMS Kota Surakarta pada (10-13/9).
Aryanto selaku Humas sekolah menjelaskan bahwa siswa kelas 7 atas nama Reifan memang berbakat dalam olah raga bela diri Wushu.
“Kami mengucapkan selamat kepada Reifan atas prestasinya. Semoga ia mampu meningkatkan prestasi pada kejuaraan berikutnya,” jelas Aryanto kepada media.
Refian pun mengaku bahwa kemenangan diperoleh setelah mengalahkan peserta dari Semarang, Yogyakarta, dan kota yang lain. Ia yang tergabung dalam atlet binaan Sasana Wushu PMS mampu menunjukkan kebolehan dalam jurus qiang shu di hadapan dewan juri. Penilaian lomba seni bela diri wushu berdasarkan kostum, kuda-kuda, tenaga, dan kerapian gerakan.
“Ada 5 peserta dari Semarang, Yogyakarta, Kendal, dan sekitarnya yang menjadi lawan saya,” cerita Refian.
Kegemaran
Remaja 12 tahun kelahiran Kota Surakarta ini menceritakan awal mula gemar menekuni olah raga bela diri wushu. Menurutnya, ia kerap latihan setiap tiga minggu sekali yaitu Selasa, Rabu, dan Jumat di gedung PMS setiap sore hari seusai sekolah.
“Sudah sejak kelas 4 SD, saya senang latihan olah raga wushu,” jelasnya kepada media.
Putra dari Nur Cahyo dan Kencana Dewi Lila Sahara ini pun mengaku sudah menguasai 5 jurus seni bela diri wushu. Jurus yang sudah dikuasai antara lain jurus qiang shu (jurus seni tombak), taiji (seni dengan gerakan lambat), nan jian (seni dengan tangan kosong atau tanpa alat), jian shu (seni bela diri menggunakan pedang), dan jian jen (seni dengan tangan kosong). Ia pun menambahkan bahwa kesukaan berlatih wushu karena seni bela diri ini sangatlah seru dan banyak jurusnya.
“Olah raga bela diri wushu ini menambah kesehatan tubuh dan meningkatkan fokus atau konsentrasi,” beber Reifan sambil tersenyum.
Menurut remaja yang bercita-cita menjadi arsitektur, hal yang susah dalam latihan olah raga ini adalah kuda-kuda. “Kuda-kudanya lebih rendah dan membutuhkan tenaga ekstra,” tandasnya.
Editor : Hermawan Adi Saputra
COMMENTS