Live Streaming PKTenable.com Radio

Menembus Batas Diri

Say No To Bully
MEDSOS Teman Baikku
Kak Seto: Jejaring Sosial Ibarat Pisau Bermata Dua

Bagas julianto, S.Pd. (Guru BK SMP Muhammadiyah Program Khusus Surakarta)

Pengasuh : Bagas Julianto, S.Pd 

Keberhasilan lebih banyak dipengaruhi oleh kecerdasan hati atau karakter dari pada kecerdasan intelektual atau kecerdasan otak (akademik). Bagian dari kecerdasan emosi ini adalah intrapersonal intelligence, bagaimana orang menilai atau memandang dirinya sendiri. Citra diri atau bagaimana orang memandang dirinya sangat penting karena itu mempengaruhi batas tertinggi yang bisa diraih seseorang. Salah satu kasus adalah tentang kecepatan lari. Banyak orang menganggap bahwa tidak mungkin orang bisa lari sejauh satu mil kurang dari empat menit. Konsep ini didasari oleh penelitian ergonomi, yaitu tentang panjang kaki seseorang, ototnya, dan segala macam ilmu pengetahuan yang membuat orang berkonsep bahwa tidak mungkin orang lari satu mil kurang dari empat menit. Sampai pada akhirnya ada seorang mahasiswa yang tidak pernah belajar mengenai ergonomi. Dia tidak punya pelatih lari, tidak punya pelatih medis, bahkan tidak punya manager yang menanganinya, sehingga tidak tahu tentang hal tersebut, artinya dia justru tidak mengerti batas-batas hal itu. Mahasiswa ini bernama Sir Roger Bannister. Karena dia tidak mengetahui konsep itu, maka dalam pikirannya tidak ada batas-batas. Dia terus berlari, dia berlatih berlari dan akhirnya dia memecahkan rekor lari kurang dari empat menit dalam jarak satu mil. Hari ini sudah lebih dari 300 orang memecahkan rekor Roger, bahkan semakin lama semakin cepat.

Penghargaan dari Kepala Sekolah terhadap Rafael Hadi Wicaksono kelas 7 yang mendapatkan juara 2 Medali Perunggu Olimpiade Matematika.

Kenapa orang mulai memecahkan rekornya? Karena mulai ada revolusi dalam pikiran manusia bahwa batasan itu tidak ada. Artinya orang meraih prestasi yang lebih tinggi, berlari lebih cepat, ketika orang menilai atau menganggap bahwa dirinya akan mampu untuk hal itu. Bagaimana seseorang memandang dirinya bahwa dia mampu, itu menjadi batas bagi orang itu untuk mencapai prestasi tertinggi. Nah, inilah pentingnya intrapersonal intelligence, bagaimana orang memandang dan menilai dirinya. Karena itu, kalau Anda ingin sukses, ingin berhasil janganlah Anda membuat batasan-batasan pikiran bahwa “Saya memang tidak bisa!”, “Saya tidak mampu!”, “Saya tidak bisa ini!” Kenapa Anda berkata tidak bisa ini dan itu? Karena ada batasan-batasan di pikiran. Ada orang yang sebenarnya mampu melakukan tetapi tidak melakukan karena dia sudah membatasi pikirannya bahwa “Saya tidak mampu melakukan!” padahal belum dicoba atau belum dilatih. Jadi pengetahuan sering justru merusak seseorang, karena pengetahuan sering membatasi, dalam hal ini pengetahuan yang salah atau pengetahuan yang beberapa abad kemudian ditemukan pengetahuan yang baru lagi yang membuat konsep sebelumnya tidak berlaku lagi.

Seharusnya kita memberikan kebebasan berpikir, keberanian untuk mencoba karena sering dari keberanian-keberanian untuk mencoba ini muncul pandangan-pandangan baru tentang batas-batas kemampuan manusia yang ternyata sebenarnya tidak ada batasnya, sekali lagi karena batasnya berada di pikiran kita. Orang mulai mencapai bulan, orang mulai bisa pergi ke ruang angkasa, orang mulai menemukan hal-hal baru yang luar biasa ketika mereka menembus batas-batas di pikiran. Itu sangat dipengaruhi bagaimana orang memandang dirinya seperti Roger Bannister yang yakin kalau dia bisa lari kurang dari empat menit. Berikut adalah beberapa kiat-kiat yang dapat membantu seseorang meraih keberanian dan membuang sikap dalam membesar-besarkan rasa takut :

  1. Membiasakan diri

Kurang terbiasa terhadap sesuatu akan membuat kita tidak berani melakukan dan menghadapi masalah dan keadaan. Seperti seorang yang kurang bergaul dengan orang banyak, maka ia akan takut kepada mereka dan ketakutan tersebut membawanya bersikap tertutup atau mengasingkan diri.

Penghargaan dari Kepala Sekolah terhadap Rafael Hadi Wicaksono kelas 7 yang mendapatkan juara 2 Medali Perunggu Olimpiade Matematika.

2. Siap menghadapi sesuatu yang tidak disukai terjadi dan tidak membesar-besarkan hasil yang dicapai.

Ibnu Hazm berkata, “Bersiaplah menghadapi sesuatu yang tidak disukai, niscaya berkurang kesedihanmu apabila sesuatu yang tidak kau sukai tersebut datang. Dan kegembiraanmu semakin besar dan semakin berlipat ganda apabila datang kepadamu sesuatu yang kau sukai yang mana sebenarnya tidak pernah diperkirakan sebelumnya“

3. Menyadari bahwa kegagalan itu tidak berbahaya

Ketahuilah bahwa kegagalan itu adalah jalan menuju keberhasilan dan bahwa kesalahan itu adalah jalan menuju kebenaran. Ulangi terus-menerus, berusaha dan berusahalah lebih giat lagi.

4. Tumbuhkan Percaya diri

Seseorang tidak boleh hanya mengingat aspek-aspek kelemahan dalam dirinya, karena hal itu dapat membawa seseorang kepada sikap berlebih-lebihan dalam mengerdilkan dirinya, ia juga harus mengingat aspek-aspek kekuatan dan potensi dalam dirinya sehingga hal itu mendorongnya untuk maju

5. Tawakkal kapada Allah

Jika seseorang telah berusaha (ikhtiar), maka hendaklah kemudian bertawakal kepada Allah dan menyerahkan urusannya kepada-Nya.

6. Percaya kepada qadha dan qadar

Kepercayaan terhadap qadha dan qadar dapat membangkitkan dirinya untuk maju terus dan tidak peduli dengan apa yang diperolehnya.

7. Bersabar

Jika kita bersabar pada mulanya, maka mudah bagi kita untuk mengejar ketinggalannya. Sebaliknya jika kita putus asa dan belum apa-apa sudah mengalah, maka kita tidak akan mendapatkan kemuliaan.

Sekali lagi mulai latih dirimu, temukan dirimu, temukan kemampuanmu dan terlebih lagi yakini bahwa Anda mampu melakukan sesuatu yang lebih besar dari pada yang sekarang ini.

COMMENTS