Live Streaming PKTenable.com Radio

Cerpen Nasib Pemalas

Cerpen Nasib Pemalas

Cerpen MEMBUAT SHORT MOVIE BERSAMA TEMAN-TEMAN
RESENSI FILM
Skema Hancurnya Lingkungan

Nasib Pemalas

Elfira Shafa saat sedang melantunkan lagu Islami pada Wisuda Tahfidz Mei 2017

Karya: Little Shafa

 Baiklah anak-anak, sekian pelajaran dari saya. Jangan lupa kerjakan PR kalian! Kita tutup pelajaran dengan membaca Hamdalah!” Ustadzah menutup pelajaran terakhir. Setelah pelajaran terakhir inilah para murid boleh pulang ke rumah masing-masing.

Alhamdulillahirabbilalamin” Setelah menaikkan kursi, para murid bergegas keluar dari kelas dan mengambil sepatu mereka. Bagi yang sudah dijemput diperbolehkan pulang.

“Don, tentang main bola nanti sore dibatalkan saja ya? Soalnya ini kan, ada PR yang harus dikumpulkan besok” tanya Farhan.

“Kenapa sih, harus mempermasalahkan PR? PR itu tidak penting tahu! Pelajaran juga tidak penting! Kan belum tentu terpakai waktu kita dewasa nanti!” kata Doni kecewa karena tidak jadi bermain bola sekaligus kesal karena ada PR.

“Terserah kamu, deh” Farhan berlalu sambil memakai sepatunya karena dia sudah dijemput oleh orangtuanya. Doni hanya bisa mendengus kesal.

Doni menggowes sepedanya dengan lesu. Rumahnya memang dekat dengan sekolah, jadinya dia tidak dijemput oleh orangtuanya.

Assalamualaikum, aku pulang…” ucapnya lesu.

Waalaikumsalam. Lho, Doni?” Mamanya heran karena Doni langsung membanting pintu kamarnya dengan keras.

“Huh! Kenapa harus ada PR?” Doni melempar tasnya dengan kasar. Lalu, dia mengambil buku tulis dan buku paket untuk mengerjakan PR, walaupun tidak ada niat untuk mengerjakannya.

“Aku kerjakan asal saja daripada tidak mengerjakan” Doni tersenyum kecil dan mulai memberi jawaban asal pada PR nya. Tak lama kemudian, Doni sudah tertidur pulas diatas buku pelajarannya.

Tiba-tiba, cahaya terang muncul dari pojok kamar Doni. Doni segera bangun dari tidurnya gara-gara kaget. Dari cahaya itu, muncul orang asing yang tidak pernah dikenali Doni sebelumnya.

“Si.. siapa kamu?!” seru Doni kaget.

“Tenang Doni, tidak perlu kaget begitu.” kata orang itu.

“Ke.. kenapa kamu bisa tahu namaku?” Doni bertambah kaget setelah dia mengetahui bahwa orang itu ternyata tahu namanya.

“Karena aku berasal dari masa depan, Doni!” jawab orang itu yang ternyata berasal dari masa depan.

“Oh ya, namaku Axel, dari masa depan,” lanjutnya.

“Kamu dari masa depan? Tidak mungkin!” seru Doni bertambah kaget.

“Mungkin saja! Buktinya aku sekarang sedang berada di depanmu!” jawab Axel sambil tersenyum.

“Aku tidak percaya!” bantah Doni lagi.

“Oke, agar kau percaya, aku akan membawamu ke masa depan!” seru Axel dan langsung menarik tangan Doni ke arah cahaya yang berada di pojok kamarnya.

“Tidak, tunggu! Aku tidak mempercayaimu! Ugh, tolong!!!”

“Inilah masa depanmu yang berarti ini masaku tempatku hidup” kata Axel.

“Tempat apa ini? Kenapa suram dan kotor sekali?” tanya Doni sambil memandang jijik pemandangan yang dia lihat tersebut.

“Ini adalah rumahmu di masa depan, Doni!” seru Axel.

“Apa?! Kenapa bisa begini?!” teriak Doni kaget.

“Doni, selama masih kecil atau dirimu saat ini, kamu tidak suka belajar, ingat?” Axel memperingatkan.

“Apakah dampaknya sampai seperti ini?” Doni mulai takut akan masa depannya.

“Ya. Kamu tidak diterima kerja dimanapun karena nilai-nilai ujianmu selama kamu bersekolah tidak pernah bagus, lalu karena tidak bisa membayar uang sewa rumah yang bagus, kamu hanya bisa tinggal di rumah kecil yang kusam dan kotor karena tidak pernah kamu rawat ini. Kamu harus rajin belajar jika mau memperbaiki keadaanmu di masa depan ini” saran Axel.

“Baiklah! Aku akan berusaha!” jawab Doni mantap.

“Baiklah, aku pergi dulu” Axel pun berjalan pergi meninggalkan Doni.

“Axel, kamu mau kemana?!” teriak Doni, sampai suaranya habis.

“Hah, ternyata itu hanya mimpi! Oh ya, aku harus buru-buru mengerjakan PR-ku!” seru Doni.

Doni langsung mencari pulpennya dan mengerjakan PR. Doni takut kejadian di mimpi tadi terjadi juga padanya di masa depannya. Jika ia malas belajar, ia akan mengingat selalu pesan Axel yang disampaikan melalui mimpinya.

COMMENTS